Horas!!!
Mengatasi konflik dalam pernikahan dengan pendekatan Alkitabiah berarti mengikuti prinsip-prinsip dan ajaran yang terdapat dalam Alkitab untuk menghadapi masalah, saling mendukung, dan memperkuat ikatan kasih di antara suami-istri. Konflik dalam pernikahan adalah hal yang wajar dan bisa menjadi kesempatan untuk bertumbuh, asalkan dihadapi dengan sikap rendah hati dan kasih yang tulus. Berikut beberapa cara untuk mengatasi konflik dalam pernikahan dengan pendekatan Alkitabiah:
1. Mengutamakan Kasih dan Pengampunan
Alkitab mengajarkan pentingnya kasih dan pengampunan. Efesus 4:32 mengatakan, “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.” Pengampunan adalah langkah awal dalam meredakan konflik. Dalam pernikahan, memaafkan kesalahan pasangan dan bersikap lembut sangat penting agar tidak menyimpan kepahitan atau dendam.
2. Menjaga Rendah Hati dan Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Filipi 2:3 mengajarkan untuk "tidak mencari kepentingan sendiri," tetapi menganggap yang lain lebih utama. Dalam konflik, seringkali masing-masing ingin mempertahankan pendapat atau kepentingannya. Sikap rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri membantu suami-istri untuk mendengarkan dan mengutamakan kepentingan bersama.
3. Mencari Waktu yang Tepat untuk Berdiskusi dengan Sabar
Amsal 15:1 mengatakan bahwa "jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman." Mendiskusikan masalah saat emosi sedang memuncak dapat memperburuk konflik. Mengambil waktu untuk menenangkan diri sebelum berbicara akan membuat pembicaraan lebih efektif dan damai. Ini juga melatih pasangan untuk bersabar dan tidak terburu-buru menyalahkan.
4. Menghormati dan Mengasihi Satu Sama Lain
Efesus 5:33 mengingatkan suami untuk mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri, dan istri untuk menghormati suaminya. Dalam konflik, saling menghormati sangat penting agar setiap pihak merasa didengar dan dihargai. Saling menghormati membantu pasangan untuk tidak melontarkan kata-kata yang menyakitkan dan menunjukkan kasih yang tulus.
5. Menyelesaikan Masalah Tanpa Menyimpan Amarah
Efesus 4:26 mengingatkan agar kita tidak membiarkan matahari terbenam dalam keadaan marah. Prinsip ini mengajarkan bahwa konflik perlu diselesaikan dengan segera dan tidak dibiarkan berlarut-larut. Menyimpan kemarahan atau kesedihan hanya akan menambah beban emosional dan mempengaruhi keharmonisan pernikahan.
6. Berdoa Bersama untuk Mencari Tuntunan Tuhan
Doa adalah cara yang sangat penting dalam mengatasi konflik. Dengan berdoa bersama, suami dan istri dapat meminta hikmat dan kekuatan dari Tuhan untuk menghadapi masalah mereka. Doa membantu pasangan untuk menundukkan ego mereka dan menyerahkan persoalan kepada Tuhan, serta membuka hati untuk menerima kehendak-Nya.
7. Mengutamakan Damai Sejahtera dalam Hubungan
Dalam Roma 12:18, Alkitab mengajarkan, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” Pasangan perlu berusaha untuk menjaga damai sejahtera dalam pernikahan, bukan mencari kemenangan dalam perdebatan. Mengutamakan perdamaian berarti bersedia mengalah demi keharmonisan hubungan.
8. Menyelesaikan Konflik dengan Kebenaran, Bukan dengan Amarah
Yakobus 1:19-20 mengingatkan bahwa “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” Ini berarti pasangan harus mengutamakan dialog yang jujur dan terbuka tanpa diliputi amarah. Berbicara dengan kebenaran dalam kasih akan membantu pasangan untuk saling memahami dan mengatasi konflik dengan bijaksana.
9. Menyadari Peran Masing-Masing dan Saling Mendukung
Alkitab memberikan panduan mengenai peran suami dan istri dalam Efesus 5. Suami diminta untuk mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gereja, dan istri diminta untuk mendukung suaminya. Dengan saling menghargai peran dan tanggung jawab masing-masing, pasangan dapat lebih mudah menemukan solusi dan bekerja sama dalam mengatasi masalah.
10. Belajar dari Konflik dan Terus Bertumbuh
Setiap konflik dalam pernikahan adalah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Yakobus 1:2-4 mengajarkan bahwa berbagai cobaan mengembangkan ketekunan dan karakter. Dengan pendekatan Alkitabiah, pasangan dapat memandang konflik sebagai kesempatan untuk mengembangkan karakter mereka dan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan.
Kesimpulan
Mengatasi konflik dengan pendekatan Alkitabiah mengajarkan suami-istri untuk mengutamakan kasih, saling menghormati, dan mencari kehendak Tuhan dalam pernikahan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip Alkitab, pasangan dapat mengatasi perbedaan dan memperkuat ikatan mereka, menciptakan hubungan yang harmonis dan berlandaskan kasih Kristus.
Mauliate,
admin